Jumat, 30 Desember 2016

Apakah Kerendahan Hati Mewujudkan Dialog?


Dialog tidak dapat terwujud tanpa kerendahan hati. Dialog, sebagai perjumpaan dari mereka yang tertuju pada tugas bersama dalam bentuk belajar dan berindak, dialog akan terhenti oleh segelintir orang yang tidak memiliki kerendahan hati. Dialog tidak terjalin jika salah satu pihak menganggap bodoh, meremehkan, menyudutkan pihak lain. Dialog tidak mungkin terjadi oleh pihak-pihak yang enggan atau lupa untuk mawas diri akan kelemahannya dan selalu mengumbar kelemahan orang lain. Dialog tidak akan terjadi jika menganggap diri sebagai anggota dari kelompok yang memiliki pengetahuan dan kebenaran yag superior, sementara anggota lainnya adalah yang kosong atau dangkal. Dialog tidak akan terjadi jika dimulai dengan premis bahwa penamaan dunia adalah tugas dari suatu elit atau penguasa. Tidak ada dialog jika tertutup terhadap kontribusi pihak lain. Tidak ada dialog jika takut tersingkir, sebagai satu-satunya kemungkinan yang menyebabkan diri menderita dan lemah. Rasa mampu diri tidak sejalandengan dialog. Orang yang tidak memiliki atau telah kehilangannya kerendahan hati tidak dapat menghampiri masyarakat, tidak dapat menjadi mitra mereka dalam menamai dunia. Dialog hanya bias terjalin oleh pihak-pihak yang tidak merasa bodoh ataupun tidak merasa bijak, dengan begitu mereka akan berjalan beriringan dengan belajar bersama. Seorang pendidik yang dialogis, ia akan bersikap bijak dalam mendidik, tidak menunjukka ia superior dalam pengetahuan, tidak pula menganggap murisnya bodoh. Ia dan muridnya sama-sama belajar melalui pembelajaran dialogis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar