Rabu, 28 Desember 2016

Keterkaitan Antara Pikiran Dan Pencerahan

Kebahagiaan sejati inilah yang menjadi titik dari pencerahan. Pada titik ini, pencerahan bukanlah berarti, bahwa kita memperoleh pemahaman baru tentang dunia. Sebaliknya, pencerahan berarti hancurnya semua pemahaman kita tentang dunia. Lalu, kita bisa melihat dunia apa adanya. Ini adalah dunia sebelum diciptakan oleh pikiran kita dengan segala unsur-unsurnya. Ia adalah “kekosongan”, yakni ketiadaan unsur apapun. Kata “kekosongan” sebenarnya juga sudah salah, karena itu adalah konsep yang diciptakan oleh pikiran kita. Kekosongan sebelum “kekosongan” adalah hakekat pikiran kita, sekaligus hakekat dari segala sesuatu yang ada di dalam kenyataan.
Di dalam pikiran terkandung berbagai kemungkinan. Berbagai penemuan berharga di dalam sejarah manusia dimulai dari pikiran. Revolusi politik yang mengubah struktur mendasar suatu negara juga dimulai dari pikiran. Bahkan, kata “pikiran” pun adalah hasil dari pikiran kita juga. Pendapat ini ditegaskan oleh Immanuel Kant di dalam bukunya Kritik der Reinen Vernunft. Baginya, apa yang disebut kenyataan merupakan kenyataan sebagaimana dibentuk oleh kategori-kategori yang ada di dalam pikiran kita. Kant menyebutnya sebagai kategori-kategori akal budi (Kategorien der Vernunft).
Kategori-kategori itu, antara lain, adalah ruang, waktu, forma, sebab akibat dan sebagainya. Semuanya bukanlah sesuatu yang mutlak di dalam kenyataan, melainkan unsur-unsur dari pikiran kita. Karena memiliki unsur-unsur ini, kita lalu bisa mengenali dunia. Apa yang kita anggap sebagai kehidupan dan kenyataan sebenarnya adalah bentukan dari akal budi serta pikiran kita sendiri.
Pendapat Kant ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Sekitar 2300 tahun yang lalu, di India, para meditator Buddhis sudah sampai pada kesimpulan yang sama. Apa yang disebut sebagai kenyataan dan kehidupan tidak lebih dari gerak pikiran kita sendiri. Tidak hanya itu, mereka bahkan menggunakan pemahaman ini untuk menghilangkan penderitaan, dan mencapai kebahagiaan yang sejati.
Pencerahan berarti menyadari semua ini. Ia juga berarti menyadari, bahwa segala sesuatu memiliki sumber yang sama, yakni kekosongan. Penderitaan dan kebahagiaan berasal dari sumber yang sama, yakni pikiran dan kekosongan. Dengan berpikir seperti ini, kita tidak lagi menolak penderitaan secara keras, dan bernafsu mendapatkan kebahagiaan.
Hilangnya penolakan dan nafsu berarti juga ketenangan sepenuhnya. Kita lalu hidup dari titik asali dari segala sesuatu, yakni kekosongan. Beberapa tradisi bahkan menyebut kekosongan ini sebagai Tuhan yang menjadi awal dan akhir dari segala sesuatu. Saya tidak mau sejauh itu. Cukuplah ditegaskan, bahwa hidup dari titik asali ini berarti hidup di dalam ketenangan sempurna. Buah dari ketenangan sempurna ini adalah kebijaksanaan, welas asih dan kebebasan batin yang sejati. Inilah tiga inti keutamaan yang mengantarkan kita tidak hanya pada kedamaian jiwa, tetapi juga pada perdamaian dunia. Kita lalu bisa menjalankan hidup saat demi saat dengan kedamaian, serta dorongan batin untuk menolong semua mahluk, tanpa kecuali.

Daftar Pustaka
https://rumahfilsafat.com/2016/04/19/pikiran-dan-pencerahan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar