1. Pengertian
Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan Seumur Hidup atau “Life-Long Education” bukan
“(long life education”) merupakan
suatu proses pendidikan kontinu yang bermula sejak seseorang di lahirkan hingga
meninggal dunia. Pendidikan seumur
hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah
sepanjang hidup kita. Sekolah banyak
diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah
“ruang” yang bernama kelas, bukan itu yang dimaksud. Paradigma belajar seperti
ini harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam
ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal.
Pendidikan seumur hidup
bersifat holistic, yaitu memiliki arti lebih mengarah kepada
pengutuhan atau penyempurnaan. Manusia selalu berusaha uintuk mencapai titik
kesempurnaan dalam segala hal, namun seberapa besar usahapun kita tidak akan
sampai pada kesempurnaan itu, karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta
Alam.
Dalam Pendidikan atau
Belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge) dari alam luar
diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri manusia. Dalam
belajar juga terjadi interaksi komunikasi antara manusia dan berlangsungnya
kesinambungan antar generasi serta belajar melestarikan hidup, mengamankan
hidup dan menghindari pengrusakan hidup. Belajar berarti menghargai hidup kita.
2. Macam-Macam
Pendidikan Seumur Hidup
Menurut
Philip. H. Combs Pendidikan Seumur Hidup meliputi :
1. Pendidikan informal, yaitu pendidikan yang
berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang
berlangsung dengan teratur. Terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan atas/tinggi. Dan pendidikan ini mencakup pendidikan umum, kejujuran,
akademik profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.
3. Pendidikan Non formal, yaitu merupakan pendidikan yang berlangsung
secara teratur, disengaja, tetapi tidak
mengikuti peraturan dan persyaratan yang ketat. Pendidikan ini diselenggarakan
bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan sebagai pengganti, penambah,
atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat. Pendidikan Non formal berfungsi mengembalikan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta
mengembangkan sikap kepribadian hidup. Pendidikan ini meliputi pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan
dan pelatihan kerja serta pendidikan
lain yang ditujukan untuk mengembangkan peserta didik.
Menurut
Prof. Darji Darmodiharjo, SH. secara
garis besar tahapan pendidikan yang diterima manusia selama hidupnya adalah
dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pendidikan
dalam keluarga
Tahap
ini dimulai sejak manusia di dalam kandungan sampai masuk sekolah. Apapun yang
ditanamkan orang tua kepada anaknya asalkan dilakukan dengan kasih sayang dan
penuh tanggung jawab maka akan berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa
mendatang. Pendidikan keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang
mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, ketrampilan
dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
kepada anggota keluarga yang bersangkutan. Peserta didik berkesempatan untuk
mengembangkan kemampuan dirinya dengan belajar setiap saat sesuai dengan minat,
bakat, dan kemampuannya masing-masing.
2. Pendidikan
di sekolah
Pendidikan
ini merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Pada tahap ini
pendidik ada 2, yaitu orang tua saat anak di rumah dan guru saat mereka di sekolah.
Terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan atas/tinggi.
Pendidikan ini mencakup pendidikan umum, kejujuran, akademik profesi, vokasi,
keagamaan dan khusus. Selain nilai dari orang tua dan guru yang dengan teratur
masuk pada anak, masih terdapat beragam nilai-nilai yang disadari atau tidak
masuk pada anak. Nilai tersebut masuk/ diterima anak dari masyarakat bebas.
Semuanya mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.
3. Pendidikan
di masyarakat
Pendidikan
masyarakat diperlukan karena sekolah tidak mampu lagi dapat memenuhi
tuntutan-tuntutan perkembangan manusia akan pendidikan. Pada tahap ini terdapat
2 kelompok manusia, yaitu :
a. Mereka yang telah
tamat dari sekolah, tetapi memerlukan pendidikan lain.
b. Mereka yang karena
keterbatasan daya tampung sekolah tidak terpenuhi tuntutannya
akan pendidikan di sekolah.
Kedua
kelompok diatas sudah mendapatkan pendidikan dari keluarga dan masyarakat,
termasuk pendidikan pematangan profesi dan tanggung jawab kemasyarakatan
sebagai warga Negara.
3. Prinsip
Dasar Pendidikan Seumur Hidup
a. GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah, dan masyarakat sehingga pendidikan seumur hidup merupakan tanggung
jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
b. Secara yuridis formal konsepsi pendidikan
seumur hidup dituangkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 dan Tap MPR
No.IV/MPR/1978 tentang GBHN, dengan prinsip-prinsip pembangunan nasional :
1. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam
rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat
Indonesia (arah pembangunan jangka panjang)
2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat
3. Konsepsi manusia indonsia seutuhnya merupakan
konsepsi dasar tujuan pendidikan nasional (UU No. 2 tahun 1989 pasal 4) yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonsia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
4. Tujuan
Pendidikan Seumur Hidup
1. Dasar
filisofis, hakekat kodrat martabat manusia itu merupakan kesatuan integral
potensi-potensi essensialnya sebagai makhluk pribadi, sosial, dan makhluk
susila. Maka dari itu, perlu mengembankan potensi kepribaian manusia sesuai dengan
kodrat dan hakikatnya, yakni dengan seluruh aspek pembaurannya seoptimal mungkin
2. Secara
psikofisik realitasnya pribadi manusia itu merupakan kesatuan dan berada dalam
suatu lingkungan, alamiah atau sosial budaya. Dengan mengingat proses
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia yang bersifat hidup dinamis, maka
pendidikan wajar berlangsung seumur hidup
5. Konsep
Pendidikan Seumur Hidup
1. Keadilan
Keadilan dalam
memperoleh pendidikan seumur hidup diusahakan oleh pemerintah. Dalam konteks
keadilan pendidikan seumur hidup pada prinsipnya bertujuan untuk mengeliminasi
pesanan sekolah sebagai alat untuk melestaikan ketidakadilan.
2. Faktor
perubahan peranan sosial
Pendidikan seumur hidup
harus berisi elemen penting yang kuat dan memainkan peranan sosial yang amat
beragam untuk mempermudah individu melakukan penyesuaian terhadap perubahan
hubungan antara mereka/orang lain.
3. Perubahan
teknologi
Pertumbuhan teknologi
menyebabkan peningkatan penyediaan informasi yang berakibat pada meningkatnya
usia harapan hidup dan menurunnya angka kematian. Semakin banyaknya tersedia
kekayaan materi yang berakibat kenudiaan dan materialisme menjiwai nilai-nilai
budaya dan spiritual serta berakibat pula kerenggangan dan keterasingan manusia
satu dengan lainnya.
4. Faktor
vocational
Pendidikan vocational
diberikan untuk mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal, trampil untuk
menghadapi tantangan masa depan.
5. Kebutuhan-kebutuhan
orang dewasa
Orang dewasa mengalami
efek cepatnya perubahan dalam bidang ketrampilan yang mereka miliki, maka
diupayakan sistem pendidikan yang mampu mendidik orang dewasa. Secara radikal
perubahan pandangan mengenai kapan seseorang harus disekolahkan dan sekolah apa
yang dalam hal ini memerlukan politik pendidikan seumur hidup.
6. Kebutuhan
anak-anak awal
Para ahli mengakui
bahwa masa anak-anak awal merupakan fase perkembangan yang mempunyai
karakteristik tersendiri bukan semata-mata masa penantian untuk memasuki
periode anak-anak, remaja dan dewasa. Masa anak-anak awal merupakan basis untuk
perkembangan kejiwaan selanjutnya meksipun dalam tingkat tertentu
pengalaman-pengalaman yang datang belakangan dapat memodifikasi perkembangan
yang pondasinya sudah diletakkan oleh pengalaman sebelumnya.
7. Impikasi
dari Pendidikan seumur hidup
Implikasi diartikan
sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan tentang
pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Menurut W.P Guruge
dalam buku Toward Better Educational Management, implikasi pendidikan seumur
hidup pada program pendidikan adalah :
a. Pendidikan
baca tulis fungsional
Pendidikan
baca tulis sangatlah penting bagi masyarakat, baik negara maju maupun negara
berkembang. Realisasi baca tulis fungsional memuat
·
Memberikan kecakapan membaca, menulis,
menghitung (3M) yang fungsional bagi anak didik
·
Menyediakan bahan-bahan bacaan yang
diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya
tersebut.
b. Pendidikan
vokasional
Pendidikan vokasional
sebagai program pendidikan di luar sekolah bagi anak di luar batas usia sekolah
atau sebagai program pendidikan formal dan non formal dalam rangka ‘apprentice
ship training’ yang merupakan salah satu program dalam pendidikan seumur hidup.
Namun pendidikan vokasional tidak boleh dipandang sebagai jalan pintas tetapi
tetap dilaksanakan secara kontinu.
c. Pendidikan
profesional
Sebagai realisasi
pendidikan seumur hidup, dalam tiap profesi hendaklah tercipta ‘built in
mechanism’ yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai
kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi, dan
sikap profesionalnya.
d. Pendidikan
ke arah perubahan dan pembangunan
Pendidikan bagi anggota
masyarakat dari berbagai golongan usia agarmereka mampu mengikuti perubahan
sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas pendidikan
seumur hidup.
e. Pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik
Pendidikan kewarganegaraan
dan kedewasaan politik perlu diberikan dalam pendidikan seumur hidup bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara baik menjadi rakyat maupun pimpinan.
f. Pendidikan
kultural dan pengisian waktu senggang
Pendidikan kultural dan pengisian
waktu senggang perlu diberikan secara konstruktif sebagai bagian konsep
‘life-long education’. Dengan cara ini waktu senggang dapat dimanfaatkan
berbasis budaya yang baik sehingga pendidikan seumur hidup dapat berjalan
menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar