Selasa, 13 Desember 2016

Pendidikan Seumur Hidup


1.      Pengertian Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan Seumur Hidup atauLife-Long Education” bukan “(long life education”) merupakan suatu proses pendidikan kontinu yang bermula sejak seseorang di lahirkan hingga meninggal dunia.    Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas, bukan itu yang dimaksud. Paradigma belajar seperti ini harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal.
Pendidikan seumur hidup bersifat holistic, yaitu memiliki arti lebih mengarah kepada pengutuhan atau penyempurnaan. Manusia selalu berusaha uintuk mencapai titik kesempurnaan dalam segala hal, namun seberapa besar usahapun kita tidak akan sampai pada kesempurnaan itu, karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta Alam.
Dalam Pendidikan atau Belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge) dari alam luar diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri manusia. Dalam belajar juga terjadi interaksi komunikasi antara manusia dan berlangsungnya kesinambungan antar generasi serta belajar melestarikan hidup, mengamankan hidup dan menghindari pengrusakan hidup. Belajar berarti menghargai hidup kita.
2.      Macam-Macam Pendidikan Seumur Hidup
Menurut Philip. H. Combs Pendidikan Seumur Hidup meliputi :
1.   Pendidikan informal, yaitu pendidikan yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
2.   Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung dengan teratur. Terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan atas/tinggi. Dan pendidikan ini mencakup pendidikan umum, kejujuran, akademik profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.
3.   Pendidikan Non formal,  yaitu merupakan pendidikan yang berlangsung secara  teratur, disengaja, tetapi tidak mengikuti peraturan dan persyaratan yang ketat. Pendidikan ini diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan Non formal berfungsi mengembalikan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta mengembangkan sikap kepribadian hidup. Pendidikan ini meliputi pendidikan  anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan  pelatihan kerja serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan peserta didik.
Menurut Prof. Darji Darmodiharjo, SH.  secara garis besar tahapan pendidikan yang diterima manusia selama hidupnya adalah dengan tahapan sebagai berikut :
1.      Pendidikan dalam keluarga
Tahap ini dimulai sejak manusia di dalam kandungan sampai masuk sekolah. Apapun yang ditanamkan orang tua kepada anaknya asalkan dilakukan dengan kasih sayang dan penuh tanggung jawab maka akan berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa mendatang. Pendidikan keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, ketrampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan. Peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan belajar setiap saat sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya masing-masing.
2.      Pendidikan di sekolah
Pendidikan ini merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Pada tahap ini pendidik ada 2, yaitu orang tua saat anak di rumah dan guru saat mereka di sekolah. Terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan atas/tinggi. Pendidikan ini mencakup pendidikan umum, kejujuran, akademik profesi, vokasi, keagamaan dan khusus. Selain nilai dari orang tua dan guru yang dengan teratur masuk pada anak, masih terdapat beragam nilai-nilai yang disadari atau tidak masuk pada anak. Nilai tersebut masuk/ diterima anak dari masyarakat bebas. Semuanya mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.
3.      Pendidikan di masyarakat
Pendidikan masyarakat diperlukan karena sekolah tidak mampu lagi dapat memenuhi tuntutan-tuntutan perkembangan manusia akan pendidikan. Pada tahap ini terdapat 2 kelompok manusia, yaitu :
a. Mereka yang telah tamat dari sekolah, tetapi memerlukan pendidikan lain.
b. Mereka yang karena keterbatasan daya tampung sekolah tidak terpenuhi         tuntutannya akan pendidikan di sekolah.
Kedua kelompok diatas sudah mendapatkan pendidikan dari keluarga dan masyarakat, termasuk pendidikan pematangan profesi dan tanggung jawab kemasyarakatan sebagai warga Negara.

3.      Prinsip Dasar Pendidikan Seumur Hidup
a.   GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat sehingga pendidikan seumur hidup merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
b.   Secara yuridis formal konsepsi pendidikan seumur hidup dituangkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 dan Tap MPR No.IV/MPR/1978 tentang GBHN, dengan prinsip-prinsip pembangunan nasional :
1.   Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang)
2.   Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat
3.   Konsepsi manusia indonsia seutuhnya merupakan konsepsi dasar tujuan pendidikan nasional (UU No. 2 tahun 1989 pasal 4) yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonsia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
4.      Tujuan Pendidikan Seumur Hidup
1.      Dasar filisofis, hakekat kodrat martabat manusia itu merupakan kesatuan integral potensi-potensi essensialnya sebagai makhluk pribadi, sosial, dan makhluk susila. Maka dari itu, perlu mengembankan potensi kepribaian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni dengan seluruh aspek pembaurannya seoptimal mungkin
2.      Secara psikofisik realitasnya pribadi manusia itu merupakan kesatuan dan berada dalam suatu lingkungan, alamiah atau sosial budaya. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia yang bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup

5.      Konsep Pendidikan Seumur Hidup
1.      Keadilan
Keadilan dalam memperoleh pendidikan seumur hidup diusahakan oleh pemerintah. Dalam konteks keadilan pendidikan seumur hidup pada prinsipnya bertujuan untuk mengeliminasi pesanan sekolah sebagai alat untuk melestaikan ketidakadilan.
2.      Faktor perubahan peranan sosial
Pendidikan seumur hidup harus berisi elemen penting yang kuat dan memainkan peranan sosial yang amat beragam untuk mempermudah individu melakukan penyesuaian terhadap perubahan hubungan antara mereka/orang lain.
3.      Perubahan teknologi
Pertumbuhan teknologi menyebabkan peningkatan penyediaan informasi yang berakibat pada meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya angka kematian. Semakin banyaknya tersedia kekayaan materi yang berakibat kenudiaan dan materialisme menjiwai nilai-nilai budaya dan spiritual serta berakibat pula kerenggangan dan keterasingan manusia satu dengan lainnya.
4.      Faktor vocational
Pendidikan vocational diberikan untuk mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal, trampil untuk menghadapi tantangan masa depan.
5.      Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa
Orang dewasa mengalami efek cepatnya perubahan dalam bidang ketrampilan yang mereka miliki, maka diupayakan sistem pendidikan yang mampu mendidik orang dewasa. Secara radikal perubahan pandangan mengenai kapan seseorang harus disekolahkan dan sekolah apa yang dalam hal ini memerlukan politik pendidikan seumur hidup.
6.      Kebutuhan anak-anak awal
Para ahli mengakui bahwa masa anak-anak awal merupakan fase perkembangan yang mempunyai karakteristik tersendiri bukan semata-mata masa penantian untuk memasuki periode anak-anak, remaja dan dewasa. Masa anak-anak awal merupakan basis untuk perkembangan kejiwaan selanjutnya meksipun dalam tingkat tertentu pengalaman-pengalaman yang datang belakangan dapat memodifikasi perkembangan yang pondasinya sudah diletakkan oleh pengalaman sebelumnya.
7.      Impikasi dari Pendidikan seumur hidup
Implikasi diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Menurut W.P Guruge dalam buku Toward Better Educational Management, implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan adalah :
a.       Pendidikan baca tulis fungsional
Pendidikan baca tulis sangatlah penting bagi masyarakat, baik negara maju maupun negara berkembang. Realisasi baca tulis fungsional memuat
·         Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak didik
·         Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.
b.      Pendidikan vokasional
Pendidikan vokasional sebagai program pendidikan di luar sekolah bagi anak di luar batas usia sekolah atau sebagai program pendidikan formal dan non formal dalam rangka ‘apprentice ship training’ yang merupakan salah satu program dalam pendidikan seumur hidup. Namun pendidikan vokasional tidak boleh dipandang sebagai jalan pintas tetapi tetap dilaksanakan secara kontinu.


c.       Pendidikan profesional
Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup, dalam tiap profesi hendaklah tercipta ‘built in mechanism’ yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi, dan sikap profesionalnya.
d.      Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan
Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agarmereka mampu mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas pendidikan seumur hidup.
e.       Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik
Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik perlu diberikan dalam pendidikan seumur hidup bagi kehidupan berbangsa dan bernegara baik menjadi rakyat maupun pimpinan.
f.       Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang

Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang perlu diberikan secara konstruktif sebagai bagian konsep ‘life-long education’. Dengan cara ini waktu senggang dapat dimanfaatkan berbasis budaya yang baik sehingga pendidikan seumur hidup dapat berjalan menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar