Kamis, 22 Desember 2016

Kesadaran Sebagai Titik-Tolak, Proses dan Titik-Tuju Pendidikan



Kesadaran adalah input, proses, dan output dari humanusasi. Humanisasi dimulai dengan pengasumsian si terdidik (makhluk sadar) sebagai subjek, karena memiliki kesadaran, agen, pelaku. Kesadaran adalah aktif, meng-kreasi atau me-rekreasi pengetahuan. Kesadaran juga adalah reflektif, mengaanalisis kritis dunia yang dihadapinya, menemukan posisi dirinya di tengah budaya dan konteks kehidupannya, menemukan the reason of beings atau raison d’etre-nya, dan bangkit dari konteks ini untuk melakukan transformasi. Dengan demikian, kesadaran juga melakukan intervensi kritis terhadap lingkungannya, terhadap dunia, terhadap limit-situation, serta terhadap perjalanan sejarah.
1.      Proses membangkitkan kesadaran (conscientization)
Conscientization adalah sebuah proses perkembangan dalam tiga fase yang berbeda tetapi saling berhubungan, yakni kesadaran magis, naïf, dan kritis. Conscientization adalah proses dimana manusia mempunyai kesadaran kritis sehingga mampu melihat secra kritis kontradiksi-kontradiksi social yang ada disekelilingnya dan bergerak aktif untuk mengubahnya. Conscientizzation merupakan hasil dari proses penyadaran yang mengarah pada konsep pembebasan yang dinamis dan sebagai kemanusiaan yang lebih utuh. Melalui proses ini, peserta didik dapat memahami akibat-akibat yang saling kontradiktif dalam kehidupan mereka sendiri, dapat menggeneralisasikan kontradiksi-kontradiksi tersebut pada lingkungan lain disekelilingnya dan dapat mentrasformasikan masyarakat secara kreatif dan bersama-sama. Proses ini dampak psikologisnya adalah kegelisahan dan kecemasan, dimana individu menangkap dan menyadari eksistensinya dihambat, serta kegembiraan dan kebahagiaan, dimana individu menjadi sadar akan kehadirannya, dan kemudian termotivasi untuk melakukan transformasi. Tahapan berikutnya individu mengalami proses transisi, dari kesadaran magis ke kesadaran naïf, kemudian menemukan dirinya sendiri (kesadarn kritis). Apabila individu tidak dapat menangkap hambatan atau kontradiksi atau tantangan dalam realitas dalam hubungannya dengan alasan keberadaannya (raison d’etre) di dunia maka kesadaran individu tersebut dalam keadaan tenggelam.
2.      Problematisasi dalam conscientization
Dalam proses pembangkitan kesadran dilakukan dengan problematisasi yang dibantu oleh keingin-tahuan dan dorongan untuk elakukan uji feasiability (kemungkinan terjadi) tindakan. Problematisasi adalah proses dielektika dari kesatuan “pengaada-dunia” (manusia dalam relasi mereka dengan dunia) untuk lebih memahami realitas tempat beradanya. Proses ini harus berkembang dalam aksi yang mentranformasi realitas sampai lapisan yang menyentuh alasan keberadaan dari realitas. Ini menghasilkan penemuan mereka terhadap kehadiran mereka sendiri dalam sebuah totalitas, dalam sebuah struktur, dan bukan sebagai “terpenjara” atau “terikat pada” struktur atau menjadi bagiannya. Ketika mereka tidak mempersepsi realitas sebagai totalitas yang di dalamnya berbagai bagian berinteraksi, mereka mempersepsikan diri sendiri dalam sebuah visi “focalist” tentang hal itu. Hanya mempersepsi realitas secara parsial yang menceraikan mereka dari kemungkinan untuk melakukan sebuah tindakan sejati pada realitas.
Problematisasi merupakan sebuah proses dieletik yang tidak memungkinkan bagi siapapun untuk memulai tanpa menjadi terlibat di dalamnya. Tidak seorangpun dapat menyyajikan sesuatu kepada orang lain sebagai sebuah masalah dan padasaat yang sama tetap menjadi penonton belaka dari prosesnya. Dalam proses problematisasi, langkah apapun yang dilakukan seorang subjek untuk memahami situasi-masalah akan secara terus-menerus membuka jalan-jalan baru bagi subjek-subjek lainnya memahami objek yang sedang dianalisis. Problematisasi berlangsung dalam lapangan kounikasi dan peduli situasi-situasi nyata, konkrit, dan eksistensial.
3.      Kesadaran dalam situasi batas dan tindakan batas
Pembangkitan kesadarn terjadi ketika mausia menghadapi adanya limit-situations (situasi batas), kemudian melakukan uji feasiability terhadap tindakan-tindakan pembatasan tersebut (limit-acts). Limit situations merupakan situasi pembatasan yang menyebabkan manusia berada dalam keadaan terdominasi olehnya. Ia tidak menyadari bahwa kesadarannya sedang tenggelam, menerima apa adanya, fatalistis dan mengakibatkan penjinakan. Hal ini terjadi karena manusia tidak bisa mempersepsi tema-tema zaman yang menjadi situasi pembatas yang mengelilingi dirinya. Situasi pembatasan tersebut bisa jadi telah mendominasi dirinya sehingga kesadaran tenggelam. Inilah yang dimaksud dengan kesadaran naïf.


Daftar Pustaka
Kesuma, Dharma,Dr.,M.Pd dan teguh Ibrahim,S.Pd.2016.Struktur Fundamental Pedagogik (Membedah Pemikiran Paulo Freire).Bandung:PT. Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar