Kesadaran
adalah input, proses, dan output dari humanusasi. Humanisasi dimulai dengan
pengasumsian si terdidik (makhluk sadar) sebagai subjek, karena memiliki
kesadaran, agen, pelaku. Kesadaran adalah aktif, meng-kreasi atau me-rekreasi
pengetahuan. Kesadaran juga adalah reflektif, mengaanalisis kritis dunia yang
dihadapinya, menemukan posisi dirinya di tengah budaya dan konteks
kehidupannya, menemukan the reason of beings atau raison d’etre-nya, dan
bangkit dari konteks ini untuk melakukan transformasi. Dengan demikian, kesadaran
juga melakukan intervensi kritis terhadap lingkungannya, terhadap dunia,
terhadap limit-situation, serta terhadap perjalanan sejarah.
1.
Proses
membangkitkan kesadaran (conscientization)
Conscientization adalah sebuah proses perkembangan dalam tiga fase
yang berbeda tetapi saling berhubungan, yakni kesadaran magis, naïf, dan
kritis. Conscientization adalah proses dimana manusia mempunyai kesadaran
kritis sehingga mampu melihat secra kritis kontradiksi-kontradiksi social yang
ada disekelilingnya dan bergerak aktif untuk mengubahnya. Conscientizzation
merupakan hasil dari proses penyadaran yang mengarah pada konsep pembebasan
yang dinamis dan sebagai kemanusiaan yang lebih utuh. Melalui proses ini,
peserta didik dapat memahami akibat-akibat yang saling kontradiktif dalam
kehidupan mereka sendiri, dapat menggeneralisasikan kontradiksi-kontradiksi
tersebut pada lingkungan lain disekelilingnya dan dapat mentrasformasikan
masyarakat secara kreatif dan bersama-sama. Proses ini dampak psikologisnya
adalah kegelisahan dan kecemasan, dimana individu menangkap dan menyadari
eksistensinya dihambat, serta kegembiraan dan kebahagiaan, dimana individu
menjadi sadar akan kehadirannya, dan kemudian termotivasi untuk melakukan
transformasi. Tahapan berikutnya individu mengalami proses transisi, dari
kesadaran magis ke kesadaran naïf, kemudian menemukan dirinya sendiri (kesadarn
kritis). Apabila individu tidak dapat menangkap hambatan atau kontradiksi atau
tantangan dalam realitas dalam hubungannya dengan alasan keberadaannya (raison
d’etre) di dunia maka kesadaran individu tersebut dalam keadaan tenggelam.
2.
Problematisasi
dalam conscientization
Dalam proses pembangkitan kesadran dilakukan dengan problematisasi
yang dibantu oleh keingin-tahuan dan dorongan untuk elakukan uji feasiability
(kemungkinan terjadi) tindakan. Problematisasi adalah proses dielektika dari
kesatuan “pengaada-dunia” (manusia dalam relasi mereka dengan dunia) untuk
lebih memahami realitas tempat beradanya. Proses ini harus berkembang dalam
aksi yang mentranformasi realitas sampai lapisan yang menyentuh alasan
keberadaan dari realitas. Ini menghasilkan penemuan mereka terhadap kehadiran
mereka sendiri dalam sebuah totalitas, dalam sebuah struktur, dan bukan sebagai
“terpenjara” atau “terikat pada” struktur atau menjadi bagiannya. Ketika mereka
tidak mempersepsi realitas sebagai totalitas yang di dalamnya berbagai bagian
berinteraksi, mereka mempersepsikan diri sendiri dalam sebuah visi “focalist”
tentang hal itu. Hanya mempersepsi realitas secara parsial yang menceraikan
mereka dari kemungkinan untuk melakukan sebuah tindakan sejati pada realitas.
Problematisasi merupakan sebuah proses dieletik yang tidak
memungkinkan bagi siapapun untuk memulai tanpa menjadi terlibat di dalamnya.
Tidak seorangpun dapat menyyajikan sesuatu kepada orang lain sebagai sebuah
masalah dan padasaat yang sama tetap menjadi penonton belaka dari prosesnya.
Dalam proses problematisasi, langkah apapun yang dilakukan seorang subjek untuk
memahami situasi-masalah akan secara terus-menerus membuka jalan-jalan baru
bagi subjek-subjek lainnya memahami objek yang sedang dianalisis.
Problematisasi berlangsung dalam lapangan kounikasi dan peduli situasi-situasi
nyata, konkrit, dan eksistensial.
3.
Kesadaran
dalam situasi batas dan tindakan batas
Pembangkitan kesadarn terjadi ketika mausia menghadapi adanya
limit-situations (situasi batas), kemudian melakukan uji feasiability terhadap
tindakan-tindakan pembatasan tersebut (limit-acts). Limit situations merupakan
situasi pembatasan yang menyebabkan manusia berada dalam keadaan terdominasi
olehnya. Ia tidak menyadari bahwa kesadarannya sedang tenggelam, menerima apa
adanya, fatalistis dan mengakibatkan penjinakan. Hal ini terjadi karena manusia
tidak bisa mempersepsi tema-tema zaman yang menjadi situasi pembatas yang
mengelilingi dirinya. Situasi pembatasan tersebut bisa jadi telah mendominasi
dirinya sehingga kesadaran tenggelam. Inilah yang dimaksud dengan kesadaran
naïf.
Daftar Pustaka
Kesuma,
Dharma,Dr.,M.Pd dan teguh Ibrahim,S.Pd.2016.Struktur Fundamental Pedagogik
(Membedah Pemikiran Paulo Freire).Bandung:PT. Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar