Watkins
dan Mortimore (1999) mendefinisikan pedagogi sebagai aktivitas sadar yang
didesain oleh seseorang untuk meningkatkan pembelajaran pada diri orang lain.
menurut mereka definisi ini menjadi premis dasar mereka dalam mengkaji
pedagogi. Studi Watkins dan Mortimore terhadap literature riset tentang
pedagogi menghasilkan empat tahap pandangan para peneliti tentang pedagogi,
yaitu :
Tahap
1 : focus pada tipe-tipe guru. Pedagogi pada tahap ini memandang guru sebagai
sebuah komponen penting dari pedagogi dengan riset-riset yang bertumpu pada
gaya dalam mengajarnya. Pedagogi tahap 1 ini berlangsung selama masa
antarperang dan pascaperang di Eropa.
Tahap
2 : focus pada konteks pengajaran. Pada tahap 2 ini riset-riset pedagogi
memusatkan diri pada kehidupan di ruang kelas. Tahap ini menambahkan aspek
manajerial dan organisasional pada pekerjaan guru di ruang kelas. Guru harus
memimpin dan memadukan sebuah situasi kompleks, mengawasi berbagai kejadian dan
memanajemeni beragam aktivitas.
Tahap
3 : focus pada mengajar dan belajar. Bruner (1996) telah mengidentifikasi
model-model dominan pelajar yang telah berpengaruh besar pada zaman ini, dan
telah menjelaskan secara rinci implikasi-implikasi dari masing-masing model
untuk pedagogi. Ia mengemukakan dua model yang mencerminkan riset yang baru
tentang kognisi, yaitu :
1. Memandang
anak sebagai pemikir, merekontruksi sebuah model tentang dunia untuk
membantunya memahami pengalamannya sendiri dengan cara tertentu (ditumbuhkan
melalui diskusi dan kolaborasi).
2. Memandang
anak sebagai dapat berpengetahuan, menguji ketahanan hipotesis-hipotesis
dihadapan evidensi, interpretasi dan pengetahuan yang ada. Pengajaran membantu
anak menguasai perbedaan antara pengetahuan personal pada satu sisi dan
pengetahuan objektif pada sisi lainnya.
Implikasi
untuk pedagogi dari dua model ini adalah bahwa focus telah beralih dari sekedar
mentransmisi informasi ke sebuah kelompok individu pebelajar ke proses
pembangunan sebuah komunitas para pelajar yang terlibat dalam penciptaan dan
evaluasi pengetahuan dan dalam mana guru-guru mempromosikan akses pada
sumber-sumber lainnya.
Tahap
4 : pandangan-pandangan yang baru tentang pedagogi. Dalam perkembangan
literature riset tentang pedagogi, muncullah sebuah model yang semaakin
kompleks. Pada satu sisi, model ini menawarkan konseptualisasi yang semakin
terintegrasi dan mensepesifikasi hubungan-hubungan antar unsur-unsurnya : guru,
ruang kelas, atau konteks lainnya, isi, pandangan tentang pembelajaran, dan
pembelajaran tentang pembelajaran. Model pedagogi ini akan juga semakin
terdiferensiasi oleh rincian-rincian konteks, isi, usia, dan tahapan si pelajar,
tujuan-tujuan, dan seterusnya.
Aktivitas-aktivitas
pedagogi dan hierarkinya dari Moore (2010), terutama adalah aktivitas-aktivitas
para guru. Mereka mengajar dengan cara memberi sejumlah tugas untuk para siswa,
mencoba memotivasi siswa, membantu guru, mengontrol kinerja guru, dan
mengembangkan pemahaman dan kecakapan guru. Ini adalah aktivitas pedagogi
tingkat pertama. Di atasnya adalah higher-order activity yang merupaka
teorisasi pedagogi.
Hasil
dari teorisasi pedagogi adalah teori-teori pendidikan, terdiri atas beberapa
golongan yaitu :
1. Teori
umum deskriptif : teori sains social atau teori sosiologi deskriptif. Teoritisi
yang termasuk golongan ini berupaya memperoleh suatu pandangan umum tentfang
pendidikan. Misalnya, teorinya mengemukakan bahwa pendidikan adalah cara yang
paling efektif, dan satu-satunya cara untuk sosialisasi anak-anak muda, untuk
mengubah mereka dari human animals menjadi human beings, atau untuk membantu
mereka merealisasikan potensi-potensi intelektual dan moral mereka. Atau teori
ini dapat mengungkapkan bahwa pendidikan adalah cara terbaik untuk membangun
rasa solidaritas social, dengan memberikan budaya umum untuk siswa. Teori ini
sifatnya dapat benar atau salah.
2. Teori
preskriptif terbatas : teori pengajaran atau teori pedagogi. Teori pedagogi
adalah teori preskriptif yang memiliki sifat terbatas. Teori-teori ini
misalnya, mengemukakan bahwa guru harus memastikan bahwa suatu materi ajar baru
yang diberikan kepada siswa hendaknya dikaitkan dengan apa yang diketahui
siswa, atau bahwa seorang anak jangan diceramahi tentang suatu fakta sebelum ia
memiliki kesempatan untuk menemukannya sendiri.
3. Teori
preskriptif umum pendidikan : teori filsafat pendidikan. Teori pendidikan umum
ini memiliki lingkup lebih luas dan lebih kompleks. Teori-teori ini misalnya,
akan mengemukakan bahwa pendidikan harus tertuju pada perkembangan
potensi-potensi bawaan siswa, atau harus mempersiapkan siswa untuk dunia kerja,
atau untutk menjadi seorang warga Negara yang baik atau seorang democrat yang
baik. Preskripsi=preskripsinya bersifat komprehensif, merekomendasikan produksi
tertentu, dan sangat sering suatu tipe khusus masyarakat.
4. Filsafat
analitik : filsafat sebagai analisis. Para praktisi dan teoritisi dalam
berkomunikasi mengenai pendidikan mengguanakan banyak konsep pendidikan.
Himpunan wacana pendidikan ini adalah materi kajian untuk filsafa sebagai
analisis atau filsafat analitik. Filsafat analitik berkepentingan dengan
peralatan konseptual yang digunakan oleh para praktisi dan teoritisi
pendidikan. Pertama, filsafat analitik akan ingin mengkaji konsep-konsep utama
yang digunakan oleh guru-guru yang melaksanakan praktik pendidikan dan oleh
teoritisi untuk melihat apa tepatnya yang dikatakan melalui kata-kata yang
digunakan oleh mereka dengan memberikan pertanyaan. Kedua, langkah lanjutan
setelah analisis konsep-konsep dilakukan. Ini merupakan pengkajian teori itu
sendiri, atau koherensi internalnya, kesesuiannya dengan apa yang diketahui
sebagai hakikat manusia, kesesuaiannya denga keyakinan-keyakinan moral yang
sudah diterima dan praktikalitas umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar