Senin, 19 Desember 2016

Pedagogi Watkins dan Mortimore



Watkins dan Mortimore (1999) mendefinisikan pedagogi sebagai aktivitas sadar yang didesain oleh seseorang untuk meningkatkan pembelajaran pada diri orang lain. menurut mereka definisi ini menjadi premis dasar mereka dalam mengkaji pedagogi. Studi Watkins dan Mortimore terhadap literature riset tentang pedagogi menghasilkan empat tahap pandangan para peneliti tentang pedagogi, yaitu :
Tahap 1 : focus pada tipe-tipe guru. Pedagogi pada tahap ini memandang guru sebagai sebuah komponen penting dari pedagogi dengan riset-riset yang bertumpu pada gaya dalam mengajarnya. Pedagogi tahap 1 ini berlangsung selama masa antarperang dan pascaperang di Eropa.
Tahap 2 : focus pada konteks pengajaran. Pada tahap 2 ini riset-riset pedagogi memusatkan diri pada kehidupan di ruang kelas. Tahap ini menambahkan aspek manajerial dan organisasional pada pekerjaan guru di ruang kelas. Guru harus memimpin dan memadukan sebuah situasi kompleks, mengawasi berbagai kejadian dan memanajemeni beragam aktivitas.
Tahap 3 : focus pada mengajar dan belajar. Bruner (1996) telah mengidentifikasi model-model dominan pelajar yang telah berpengaruh besar pada zaman ini, dan telah menjelaskan secara rinci implikasi-implikasi dari masing-masing model untuk pedagogi. Ia mengemukakan dua model yang mencerminkan riset yang baru tentang kognisi, yaitu :
1.      Memandang anak sebagai pemikir, merekontruksi sebuah model tentang dunia untuk membantunya memahami pengalamannya sendiri dengan cara tertentu (ditumbuhkan melalui diskusi dan kolaborasi).
2.      Memandang anak sebagai dapat berpengetahuan, menguji ketahanan hipotesis-hipotesis dihadapan evidensi, interpretasi dan pengetahuan yang ada. Pengajaran membantu anak menguasai perbedaan antara pengetahuan personal pada satu sisi dan pengetahuan objektif pada sisi lainnya.
Implikasi untuk pedagogi dari dua model ini adalah bahwa focus telah beralih dari sekedar mentransmisi informasi ke sebuah kelompok individu pebelajar ke proses pembangunan sebuah komunitas para pelajar yang terlibat dalam penciptaan dan evaluasi pengetahuan dan dalam mana guru-guru mempromosikan akses pada sumber-sumber lainnya.
Tahap 4 : pandangan-pandangan yang baru tentang pedagogi. Dalam perkembangan literature riset tentang pedagogi, muncullah sebuah model yang semaakin kompleks. Pada satu sisi, model ini menawarkan konseptualisasi yang semakin terintegrasi dan mensepesifikasi hubungan-hubungan antar unsur-unsurnya : guru, ruang kelas, atau konteks lainnya, isi, pandangan tentang pembelajaran, dan pembelajaran tentang pembelajaran. Model pedagogi ini akan juga semakin terdiferensiasi oleh rincian-rincian konteks, isi, usia, dan tahapan si pelajar, tujuan-tujuan, dan seterusnya.
Aktivitas-aktivitas pedagogi dan hierarkinya dari Moore (2010), terutama adalah aktivitas-aktivitas para guru. Mereka mengajar dengan cara memberi sejumlah tugas untuk para siswa, mencoba memotivasi siswa, membantu guru, mengontrol kinerja guru, dan mengembangkan pemahaman dan kecakapan guru. Ini adalah aktivitas pedagogi tingkat pertama. Di atasnya adalah higher-order activity yang merupaka teorisasi pedagogi.
Hasil dari teorisasi pedagogi adalah teori-teori pendidikan, terdiri atas beberapa golongan yaitu :
1.      Teori umum deskriptif : teori sains social atau teori sosiologi deskriptif. Teoritisi yang termasuk golongan ini berupaya memperoleh suatu pandangan umum tentfang pendidikan. Misalnya, teorinya mengemukakan bahwa pendidikan adalah cara yang paling efektif, dan satu-satunya cara untuk sosialisasi anak-anak muda, untuk mengubah mereka dari human animals menjadi human beings, atau untuk membantu mereka merealisasikan potensi-potensi intelektual dan moral mereka. Atau teori ini dapat mengungkapkan bahwa pendidikan adalah cara terbaik untuk membangun rasa solidaritas social, dengan memberikan budaya umum untuk siswa. Teori ini sifatnya dapat benar atau salah.
2.      Teori preskriptif terbatas : teori pengajaran atau teori pedagogi. Teori pedagogi adalah teori preskriptif yang memiliki sifat terbatas. Teori-teori ini misalnya, mengemukakan bahwa guru harus memastikan bahwa suatu materi ajar baru yang diberikan kepada siswa hendaknya dikaitkan dengan apa yang diketahui siswa, atau bahwa seorang anak jangan diceramahi tentang suatu fakta sebelum ia memiliki kesempatan untuk menemukannya sendiri.
3.      Teori preskriptif umum pendidikan : teori filsafat pendidikan. Teori pendidikan umum ini memiliki lingkup lebih luas dan lebih kompleks. Teori-teori ini misalnya, akan mengemukakan bahwa pendidikan harus tertuju pada perkembangan potensi-potensi bawaan siswa, atau harus mempersiapkan siswa untuk dunia kerja, atau untutk menjadi seorang warga Negara yang baik atau seorang democrat yang baik. Preskripsi=preskripsinya bersifat komprehensif, merekomendasikan produksi tertentu, dan sangat sering suatu tipe khusus masyarakat.
4.      Filsafat analitik : filsafat sebagai analisis. Para praktisi dan teoritisi dalam berkomunikasi mengenai pendidikan mengguanakan banyak konsep pendidikan. Himpunan wacana pendidikan ini adalah materi kajian untuk filsafa sebagai analisis atau filsafat analitik. Filsafat analitik berkepentingan dengan peralatan konseptual yang digunakan oleh para praktisi dan teoritisi pendidikan. Pertama, filsafat analitik akan ingin mengkaji konsep-konsep utama yang digunakan oleh guru-guru yang melaksanakan praktik pendidikan dan oleh teoritisi untuk melihat apa tepatnya yang dikatakan melalui kata-kata yang digunakan oleh mereka dengan memberikan pertanyaan. Kedua, langkah lanjutan setelah analisis konsep-konsep dilakukan. Ini merupakan pengkajian teori itu sendiri, atau koherensi internalnya, kesesuiannya dengan apa yang diketahui sebagai hakikat manusia, kesesuaiannya denga keyakinan-keyakinan moral yang sudah diterima dan praktikalitas umumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar