Augustinus
menyediakan prinsip-prinsip yang berfungsi seperti benang-benang untuk dijalin
menjadi kain dari karya-karya tulisnya dan kehidupannya. Dari ajarannya untuk
para pengikutnya, jelas adanya Augustinius ingin masing-masing pebelajar dan
masing-masing komunitas pebelajar menenun benang-benang ini menjadi perjalanan
pembelajaran mereka sendiri. Nilai-nilai yang menjadi isi pendidikan
Augustinius ada banyak, mulai dari kerendahan hati hingga kegigihan dalam
bekerja. McColoskey (2005) mencoba menghubungkan nilai-nilai ini menjadi
prinsip-prinsip untuk memandu program-program pendidikan Augustinian juga
evaluasi efektifitas programnya. Benang-benang tersebut yaitu :
Benang
1 : pembelajaran melalui pengalaman-pengalaman transformative yang
berpusat-pebelajar
Pengalaman
transformative adalah pengalaman perubahan diri (conversion). Prosesnya, agar
pengalaman transformative ini terjadi, dapat memanfaatkan orang lain.
Pengalaman transformative ini terdiri atas empat langkah yaitu :
1. Kembalikan
dirimu sendiri, yaitu bergerak dari kehidupan luaran ke kehidupan dalaman
2. Bergerak
melampaui dirimu sendiri, yaitu bergerak dari kehidupan dalaman ke
kebenaran-kebenaran penalaran
3. Mentransendensi
kebenaran, yaitu bergerak dari kebenaran-kebenaran penalaran yang beragam ke
kebenaran tertinggi
4. Mengalami
pencerahan, yaitu kembali ke kehidupan luaran dengansebuah visi yang lebih
benar tentang diri dan realitas.
Benang
2 : belajar untuk mencari kebenaran
Mencari
dengan cara-cara yang membuat kita dapat menemukan kebenaran, dan menemukan dengan
cara-cara yang dapat membuat kita tetap mencari. Augustinian telah memberi
sebuah mandata bahwa mencari kebenaran adalah relevan bahkan di zaman
pascamodern ini dan untuk semua pemertanyaan klaim-klaim “kebenaran” yang kita
hadapi. Ia menghendaki agar orang mencamkan bahwa hubungan manusia dengan
kebenaran adalah pencarian (perjalanan tanpa henti) ketimbang pencapaiannya
disini dan saat ini.
Benang
3 : pembelajaran sepenuh hati terhadap pembelajaran
Agustinus
melihat bahwa ketrelibatan kehendak dalam pembelajaran akan meningkatkan apa
yang kita ingat dan pahami, kehendak atau keinginan, perkembangannya dimulai
bukan dengan kekuatannya, tetapi dengan apa yang diinginkannya, kemudian
bergerak untuk peningkatan keinginan. Kehendak ini, ketika kita belajar dengan
sepenuh hati untuk pembelajaran, tidak memunculkan kekuatan hanya dari proses
dialog si pebelajar dengan the inner teacher. Agustinus megingatkan anda ketika
berdialog melalui penalaran, anda mendaki melampaui diri anda sendiri, anda
mengangkat diri anda sendiri mengatasi jiwa anda yang memiliki bakat untuk
berpikir. Langkahnya, menuju ke cahaya penalaran. Pengajaran dan pembelajaran
tidak hanya berarah ke dalam tetapi juga ke atas dan melibatkan kehendak untuk
melampaui apa yang kita ketahui melalui penalaran kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar