Senin, 19 Desember 2016

Pedagogi Augustinian



Augustinus menyediakan prinsip-prinsip yang berfungsi seperti benang-benang untuk dijalin menjadi kain dari karya-karya tulisnya dan kehidupannya. Dari ajarannya untuk para pengikutnya, jelas adanya Augustinius ingin masing-masing pebelajar dan masing-masing komunitas pebelajar menenun benang-benang ini menjadi perjalanan pembelajaran mereka sendiri. Nilai-nilai yang menjadi isi pendidikan Augustinius ada banyak, mulai dari kerendahan hati hingga kegigihan dalam bekerja. McColoskey (2005) mencoba menghubungkan nilai-nilai ini menjadi prinsip-prinsip untuk memandu program-program pendidikan Augustinian juga evaluasi efektifitas programnya. Benang-benang tersebut yaitu :
Benang 1 : pembelajaran melalui pengalaman-pengalaman transformative yang berpusat-pebelajar
Pengalaman transformative adalah pengalaman perubahan diri (conversion). Prosesnya, agar pengalaman transformative ini terjadi, dapat memanfaatkan orang lain. Pengalaman transformative ini terdiri atas empat langkah yaitu :
1.      Kembalikan dirimu sendiri, yaitu bergerak dari kehidupan luaran ke kehidupan dalaman
2.      Bergerak melampaui dirimu sendiri, yaitu bergerak dari kehidupan dalaman ke kebenaran-kebenaran penalaran
3.      Mentransendensi kebenaran, yaitu bergerak dari kebenaran-kebenaran penalaran yang beragam ke kebenaran tertinggi
4.      Mengalami pencerahan, yaitu kembali ke kehidupan luaran dengansebuah visi yang lebih benar tentang diri dan realitas.
Benang 2 :  belajar untuk mencari kebenaran
Mencari dengan cara-cara yang membuat kita dapat menemukan kebenaran, dan menemukan dengan cara-cara yang dapat membuat kita tetap mencari. Augustinian telah memberi sebuah mandata bahwa mencari kebenaran adalah relevan bahkan di zaman pascamodern ini dan untuk semua pemertanyaan klaim-klaim “kebenaran” yang kita hadapi. Ia menghendaki agar orang mencamkan bahwa hubungan manusia dengan kebenaran adalah pencarian (perjalanan tanpa henti) ketimbang pencapaiannya disini dan saat ini.
Benang 3 : pembelajaran sepenuh hati terhadap pembelajaran
Agustinus melihat bahwa ketrelibatan kehendak dalam pembelajaran akan meningkatkan apa yang kita ingat dan pahami, kehendak atau keinginan, perkembangannya dimulai bukan dengan kekuatannya, tetapi dengan apa yang diinginkannya, kemudian bergerak untuk peningkatan keinginan. Kehendak ini, ketika kita belajar dengan sepenuh hati untuk pembelajaran, tidak memunculkan kekuatan hanya dari proses dialog si pebelajar dengan the inner teacher. Agustinus megingatkan anda ketika berdialog melalui penalaran, anda mendaki melampaui diri anda sendiri, anda mengangkat diri anda sendiri mengatasi jiwa anda yang memiliki bakat untuk berpikir. Langkahnya, menuju ke cahaya penalaran. Pengajaran dan pembelajaran tidak hanya berarah ke dalam tetapi juga ke atas dan melibatkan kehendak untuk melampaui apa yang kita ketahui melalui penalaran kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar