Etika Paulo Freire dapat dikatakan sebagai etika fundamental, bukan
instrumental, sekalipun etikanya dibangun bersama orang-orang lain dan dunia
dalam sejarah, meskipun etikanya mengalami perkembangan. Paulo mengasumsikan adanya
nilai-nilai absolut yang sejak awal sudah lengkap, lalu peranan manusia hanya
menerimanya melalui studi teoritis, dan kemudian memberlakukannya bagi
orang-orang lain.
Etika Paulo Freire berasumsi pada kesetaraan manusia, manusia
setara sekalipun ada pemimpin masyarakat atau pendidik da nada warga
masyararakat atu terdidik. Etika Frire , sekalipun universal, tidak tampak
transcendental. Freire percaya Tuhan tetapi ia tidak berkata bahwa etika
bersumber dari Tuhan atau sumber transcendental lainnya.
Beeberapa pandangan fundamental Paulo Freire mengenai etika umum
yang bermuara pada humanisasi yaitu :
1.
Manusia
adalah makhluk etik. Sebagai makhluk etik, dasr dari tugas ontologis manusia
adalah melakukan transformasi
2.
Nilai-nilai
humanisme. Nilai-nilai fundamental yang dianut Freire adalah humanism. Ia
sangat menghargai manusia ; manusia adalah subjek, bukan benda. Humanisasi
adalh proses manusia menjadi subjek, menjadi aku bersama aku aku-aku yang lain
dan bersama dunia. Humanisasi dapat dilakukan ketika tidak ada lagi perbedaan
antar si tertindas ( menjadi objek ) dan si penindas ( sebagai subjek ).
3.
Penghargaan
terhadap manusia sebagi subjek. Subjek adalah penemu dan pencipta pengetahuan.
Jika terdapat masalah social dalam masyarakat, hendaknya solusi ditemukan
bersama masayarakat, bukan diberikan oleh pihak manapun untuk masyarakat.
4.
Subjek
yang membangkang. Manusia adalah subjek, membuat Freire menganggap bahwa sikap
membangkang sebagai salah satu aspek yang paling menjanjikan dari kehidupan
politik – bukan karena ia mengakuianya sebagai sebuah bentuk aksi, tetapi
karena pembangkangan mewakili sebuah symptom kemajuan, sebuah introduksi
kemhumanitas yang lebih utuh. Manusia harus membangkang ketika pengetahuan yang
ia peroleh tidak membuatnya menjadi seorang subjek, pengetahuan memorisasi yang
menyiksa, belajar untuk menghafal, belajar untuk lulus UN, belajar untuk masuk
PTN, terbirokratisasi, dan sebagainya. Tidak salah memang, tapi menyiksa.
Belajar itu dalam rangka humanisasi, menumbuhkan kesadaran kritis akan
realitas, bukan mengikuti arahan birokratisasi yang teknikalitis.
5.
Humanisasi
bersifat intrinsic. Humanisasi bagi Freire adalah nilai-niali intrinsic, karena
humanisasi harus terjadi sejak kelahiran manusia di muka bumi. Humanisasi
berlangsung seumur hidup, sepanjang sejarah kemanusiaan.
6.
NIalli-nialli
universal. Freire mengakui keberadaan nilai-nilai moral yang universal.
Contohnya humanisasi itu universal karena humanisasi proses yang tiada henti,
bukan karena dehumanisasi dimana-mana dengan berbagai bentuknya.
7.
Universalisme
nilai-nilai humanisasi yang on going. On goingness nilai-nilai itu bersumber
dari hakikat manusia yang ditandai oleh keterbatasan yang mengkarakterisasi
manusia sebagai makhluk historis.
8.
Solidaritas
sesama manusia
9.
Kesetaraan
yang dituntutnya secara konsisten
10.
Anti-fatalisme
(menolak kepercayaan bahwa semua atau sebagian kejadian telah ditetapkan Tuhan
dan tak dapat diubah oleh usaha manusia).
11.
Anti-sektarianisme
(menolak paham yang anti-demokratis; memunculkan kebencian antar kelompok,merasa
superior dengan kelompoknya sehingga anti kelompok lain).
12.
Kesabaran
dalam keber-agamaan
13.
Nilai-nilai
demokratis. Nilai demokratis dipicu oleh sikap radikal,tidak dalam artian
anarkis,akan tetapi sikap menolak untuk pasif,sikap yang ingin terlibat secara
komunikatif. Radikalisasi melibatkan komitmen tinggi terhadap posisi atau
nilai-nilai universal yang telah dipilih, dimana posisi ini dominan oleh sikap
kritis, mencintai, rendah hati, komunikatif, tidak menyangkal hak orang lain
untul memilih, juga ia tidak mencoba untuk memberlakukan pilihannya sendiri,
serta berdiskusi tentang posisi masing-masing orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar