Kamis, 22 Desember 2016

Kesadaran Yang Harus Dicapai Dalam Humanisasi



Kesadaran adalah totalitas manusia, pemikiran, perasaan, tubuh, aspirasi, cita-cita. Definisi kesadaran dari Paulo Freire ini, mengimplikasikan kemampuan metakognisi, kemampuan berpikir tentang berpikir. Bangkitnya atau tumbuhnya kesadaran adalah humanisasi. Kesadaran bersifat reflective, merenungi-memaknai dunia dan diri sendiri.
Untuk mencapai humanisasi maka diperlukan capaian-capaian pendidikan yang lebih terminal, yaitu :
1.      Bangkitnya kesadaran menuju kesadaran kritis
Menurut Freire (2005) “keasadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikaan kaum tertindas, karena dengan tumbuhnya kesadaran akan menjauhkan seseorang dari fear of Freedom”. Kesadaran memungkinkan manusia bereksistensi dengan penciptaan makna kehidupan, bukan sekedar survival belaka sebagaimana yang menjadi aktivitas hewan.
Pedagogi Freire untuk pendidikan tuna aksara melibatkan tidak hanya reading the word, tetapi juga reading the world. Ini melibatkan pengembangan kesadaran kritis. Pengembangan keasadaran kritis membuat orang-orang mempertanyakan hakikat dari situasi historis dan social mereka – membaca dunia mereka – dengan tujuan bertindak sebagai subjek-subjek dalam penciptaan masyarakat demokratis. Freire menginginkan setiap manusia dapat membangkitkan kesadarannya agar dapat menjadi manusia yang lebih utuh.
2.      Reading the word and the world
Dalam rangka interfensi kritis,transformasi kehidupan, fungsi pendidikan yang otentik bukanlah adaptasi atau konservatif, tetapi adlah progresif. Untuk itu,pembacaan warisan social (iptek, text,the word) belaka tidak cukup ; para lulusan pendidikan harus mampu membaca konteks (the world), tema-tema zaman, membaca kehidupan, bukan hanya iptek yang terdapat dalam kehidupan. 
Pedagogi kritis Freire lebih terorientasi pada program penyadaran kaum tertindas akan humanitas mereka yang menggenggam dunia. Proses penyadaran menggunakan pendekatan praxis yaitu melalui refleksi krits akan situasi social dan historis mereka, membaca “the world” mereka yang kemudian memancing lahirnya aksi yang mampu membawa perubahan social. Proses penyadaran ini menggunakan literasi kritis sebagai kesadarannya. 
Literasi kritis erat kaitannya dengan pengungkapan realita social yang timpang, mengangkatnya dalam bentuk teks, kemudian dimaknai secara kritis, ditentang dengan radikal untuk perubahan masyarakat yang lebih demokratis. Literaasi kritis melibatkan membaca konteks / the world, ini adalah sebuah langkah yang harus dilakukan oleh orang-orang untuk dapat memlakukan intervensi kritis, transformasi, kehidupan.  
3.      Transformasi
Langkah lanjutan dari kesadaran kritis dan membaca dunia adalah transformasi. Freire (1987) mengatakan bahwa transformasi bukanlah perubahan metode atau teknik. Transformasi tidak dicapai dengan sekedar mengganti metode dan teknik yang ada di sekolah. Transformasi adalah sebuah kritik social. Dengan meng-kritik sekolah-sekolah tradisional, kita mengkritik system kapitallis yang membangun, meneggakan, memelihar sekolah-sekolah tersebut. Transformasi harus berdampak melalui dinding-dniding sekolah yang menyekat ruang gerak, menjadi ttransformasi masyarakat yang meluas, membumi. Transformasi memiliki berbagai tingkatan, pertama harus menuju penemuan makna baru mengenai martabat diri dan tujuan akhir pendidikan yaitu penemuan cinta kasih antar warga masyarakat.    



Daftar Pustaka
Kesuma, Dharma,Dr.,M.Pd dan teguh Ibrahim,S.Pd.2016.Struktur Fundamental Pedagogik (Membedah Pemikiran Paulo Freire).Bandung:PT. Refika Aditama.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar