Jumat, 30 Desember 2016

Pendidikan Freire Yang Diagnosis


Freire (1970). Dialog adalah perjumpaan antarmanusia,dimensi oleh dunia,dalam rangka menamai dunia. Menamai dunia dimaknai sebagia mengkonfirmasi segala ciptaan Tuhan dengan merekreasikannya melauli kata-kata sejati dalam diri melalui proses mencari,dan terus mencari. Karena itu dialog tidak dapat terjadi antar mereka yang ingin menamai dunia dan mereka yang tidak ingin menamai dunia. Mereka yang ingin menamai dunia adalah mereka yang berada pada level epistemologi, mereka adalah pencari ilmu, mereka mencintai perubahn dan bahagia dengan pencarian itu. Bagi mereka dunia perlu dinamai secara otentik melalui dialog-dialog. Sedangkan mereka yang tidak bersela menamai dunia adalah mereka yang pasif reaktif. Mereka yang pasif hanya menerima penamaan dunia dari penguasa, kata-kata tentang dunia menurut mereka tidak perlu dicari, sedangkan mereka yang reaktif berusaha mengungkapkan kata-katanya sendiri dan membungkam mulut orang lain untuk berkata-kata,mereka anti-dialog.
Pendidikan Freire yang dialogis banyak ditunjukan menggerakkan masyarakat yang masih berkesadaran naïf, magis, atau fanatik, menuju ke kesadaran kritis, memfasilitasi mereka untuk dapat mengintervensi proses historis. Caranya :
a.       Dengan metode aktif, dialogis, menstimulasi – kritisisme dan kritis;
b.      Dengan isi program pendidikan yang dinamis;
c.       Dengan penggunaan teknik-teknik seperti “penguraian’ tematik dan “kodifikasi”.
Metode ini didasarkan atas dialog, yang merupakan perhubungan antar orang secara horizontal.
Relasi “empati” antar dua “kutub” yang terlibat dalm sebuah pencarian bersama. (Jaspers) dilahirkan dari sebuah matriks kritis, dialog mengkreasi sebuah sikap kritis. Dialog ditumbuhkan oleh cinta, kerendahn-hati, harapan, keyakinan, dan kepercayaan. Ketika dua kutukb dialog terhubungkan oleh hal tersebut mereka dapat bergabung dalm sebuah pencarian kritis sesuatu hal. Hanya dialog yang menumbuhkan komunikasi yang sebenarnya.(jaspers,dalam Freire, 1974) dialog adalah satu-satunya jalan, tidak hanya dalam masalah-masalah vital dari tatanan politik, tetapi dalam semua ekspresi dari keberadaan kita di dunia. Hanya melalui keyakinan, bagaimanapun, dialog memiliki kuasa dan makna.
Sedangkan anti-dialog akan mereduksi manusia menjadi benda,malahirkan budaya bisu yang menahun. Budaya bisu akan menenggelamkan kesadaran manusia, manusia jadi tidak kritis, manusia terbirokrasi, manusia menghindari realitas, bahkan lari darinya. Relasi “terputus”. Anti-dialog mempresentasikan perhubungan antarmanusia secara vertical. Ia tidak mengandung cinta,karena itu tidak kritis, dan tidak bisa menciptakan sikap kritis. Anti-dialog memepresentasikan sikap kecukupan-diri sendiri dan arogansi total. Dalam anti-dialog relasi empati antar “kutub-kutub” terputus. Dengan demikian anti-dialog tidak berkomunikasi, tetapi utamanya menerbitkan komunika-komunika yang kaku dan sama persis. Guru yang anti-dialog melihat muridnya bagaikan bejana kosong yang miskin ilmu,jadi ia memposisikan dirinya sebagai penyedia, penyuplai, dan distributor  ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar